Diposting oleh : Antonius Handoko Kategori: Renungan & Motivasi - Dibaca: 5143 kali Jumat, 03 April 2015 - 00:15:13 WIB
Sekitar tahun 2004 dirilislah film The Passion of The Christ. Film ini memang lain dari film-film tentang kisah Yesus yang ada sebelumnya. Tekanan dari film ini adalah kisah sengsara Yesus, mulai dari taman Getsemani sampai penyaliban yang terjadi di Golgota. Adegan penyiksaan Yesus dilukiskan dengan begitu detail sehingga para penonton bisa membayangkan bagaimana penderitaan yang dialami Yesus waktu itu. Adegan ini membuat banyak orang meneteskan air mata, membuat orang tidak tega melihat karena begitu kejam dan sadis. Yesus tidak bersalah namun mengalami penyiksaan yang sangat sadis, penyiksaan diluar batas kemanusiaan.
Penyiksaan yang dilakukan oleh para prajurit memang luar biasa sadis; menurut beberapa tafsir kitab suci banyak orang mati dalam penyiksaan semacam itu. Namun adegan yang cukup menyita perhatian adalah adegan di Taman Getsemani, kisah pergulatan yang dialami oleh Yesus. Pergulatan yang terjadi di dalam diri Yesus, pergulatan antara melaksanakan kehendak Bapa dan kehendaknya sendiri. Lukas memberikan gambaran secara jelas “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42). Ayat selanjutnya menceritakan bahwa seorang malaikat turun untuk menguatkan Yesus. Doa Yesus semain serius sampai-sampai keringat yang keluar bercambur dengan darah. Menurut Dr C. Truman Davis fenomena semacam ini disebut sebagai hematidrosis, atau berkeringat darah. Hal ini bisa terjadi jika seseorang berada dibawah tekanan berat emosi, yang menyebabkan kapiler kecil di kelenjar keringat bisa pecah, sehingga mencampurkan darah dengan keringat.
Hasil penelitian medis tersebut dapat menjadi gambaran pada kita bahwa Yesus sungguh mengalami pergulatan yang sangat berat ketika ditaman Getsemani. Pergulatan antara keinginan untuk menyelatkan diri sendiri atau menyelamatkan manusia, mengikuti kehendak sendiri atau mengikuti kehendak Allah. Akan tetapi cinta Tuhan kepada manusia jauh lebih kuat sehingga mengalahkan segala ketakutan. Cintanya kepada manusia membuat Yesus rela untuk mengorbankan diri demi keselamtan manusia.
Pergulatan dalam hidup setiap orang akan selalu ada, adakalanya kita juga menghadapi peristiwa-peristiwa Getsemani dalam hidup kita. Dalam situasi seperti itu kita selalu bebas memilih antara mengikuti kehedak Allah atau keinginan diri sendiri. Kehendak Allah tentu akan mengantar pada keselamatan namun keinginan sendiri seringkali membawa manusia dalam penderitaan.
Baca juga artikel berikut: